Amplify Your Campaigns with Mobile Advertising Research

Mobile advertising research surveys and polls can be a great way to enhance your in-app ad campaigns and better understand holistically how your spending is impacting your bottom line. Here are five…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




KAMAR

Bisingnya kendaraan memecah keheningan antara dua orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Suna yang fokus mengendarai motor, dan eita yang sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya masih tentang suna dan alisa.

"Akh anjing ga tahan" eita mulai memantapkan hatinya untuk bertanya, ia menghembuskan nafas perlahan. Di tariknya leather jacket yang suna kenakan, membuat suna menyadari eita ingin berbicara.

"Hm?"

"Rin" kok deg-degan ya, takut. Eita takut mendengar jawaban suna.

"Kenapa?"

"Rin"

"Hm?" suna melihat ke arah spion hanya untuk melihat gerak-gerik semi.

"Kenal haiba?"

"Alisa?" oh. Suna memastikan haiba yang dimaksud semi adalah alisa bukan lev.

"Ya"

"Kenal"

"Oh, kok bisa?" eita menatap punggung suna dengan ekspresi penasaran yang sangat jelas suna lihat lewat kaca spion.

Sakin gugupnya eita tidak sadar bahwa mereka telah memasuki pekarangan rumah suna. Sedang suna turun terlebih dahulu dan melepaskan helmnya, melihat semi masih duduk di atas motor fokus menatapnya menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Ta, udah sampe" barulah eita sadar, matanya celingak-celinguk memperhatikan sekitar untuk menyadari mereka benar telah sampai di rumah suna. Di lepasnya helm, sedikit kesal suna tidak menjawabnya dan malah berlalu memasuki rumah bercat putih itu.

"Rin jawab gue" semi berjalan di belakang mengikuti suna. Tidak ada orang di rumah suna, sama seperti rumah semi. Sepi, rumah sebesar ini butuh kemeriahan setidaknya agar terlihat hidup.

"Rin!" eita meraih lengan rintarou memaksanya berhenti berjalan dan memaksanya menjawab pertanyaan eita. Suna berhenti, mereka sedang berada di anak tangga tengah.

"she texted me" suna membalikkan badannya dengan lengan semi yang masih menahannya, mata semi membesar terkejut dengan jawaban suna. Sedang pria bersurai coklat tua itu berjalan turun ke anak tangga yang semi tapaki, mendekatkan bibirnya ke telinga semi. "She asked me some favor"

Menjaga sejengkal jarak dari wajah semi, dengan muka datarnya suna menatap semi intens. Sedang semi terpaku mendengar bisikan suna, dan mendadak menahan nafasnya saat suna menatap nya begitu intens. Tanpa di sadari ia meremas lengan suna yang ditahannya.

"Asked what?" tanpa eita sadari intonasinya terdengar marah, dahinya mulai menekuk tidak suka. Kedua matanya membalas tatapan suna dengan sinis.

"Ga penting" suna membalikkan badannya dan berjalan acuh menaiki anak tangga melangkahkan kakinya menuju kamar. Meninggalkan semi yang semakin mengepalkan tangannya, marah.

Ga penting katanya?, wtf.

Dengan amarah eita melangkahkan kakinya menyusul suna, ia butuh penjelasan. Entah penjelasan apa yang jelas semi ingin suna menjelaskan urusannya dengan cewe haiba itu.

Pintu hitam itu tidak tertutup sepenuhnya, saat eita akan melangkahkan kakinya masuk ia mendengar suna sedang berbicara dengan seseorang lewat hp.

"Oh alisa" deg, eita memutuskan untuk menguping pembicaraan suna dari luar.

"Jam berapa? oke, see you" tanpa aba-aba tiba-tiba saja semi membuka pintu kamar suna dengan kasar, lantas suna membalikkan badannya sedikit terkejut tatapan tajamnya bertemu tatapan sinis eita.

"What— " belum selesai suna berbicara, eita memotongnya.

"Alisa?" kepalan tangannya menguat, ekspresi wajahnya jelas menunjukkan ketidaksukaan.

"Yang nelpon tadi alisa? ada urusan apa lo sama cewe macem alisa??"

Menyisir rambutnya gusar menggunakan tangan, "ga pentin—" tiba-tiba saja eita menarik kerah kemeja suna ke arahnya dan menempelkan bibirnya di atas bibir suna.

Suna hanya diam, membuat eita semakin kesal karena suna tidak menanggapinya. Di jilatnya bibir bawah suna lalu dilumatnya bibir atas dan bawah suna dengan kasar. Sepasang manik hijau itu memandang ke yang lebih pendek

Suna tetap diam. Akhirnya eita menggigit bibir bawah suna membuat suna membuka mulutnya yang langsung di masuki lidah semi.

"Hhng—" semi mendorong tubuh suna ke atas kasur, tangannya mengukung tubuh suna sedang lidahnya sibuk mengeksplor mulut suna, air liur mengalir membasahi dagu suna.

Lidah eita mengajak lidah suna bergelut, ciumannya sangat memaksa sangat kasar. Kehabisan nafas eita memutus ciuman mereka, dadanya naik turun meraup oksigen.

Di lihatnya di bawah, surai coklat tua yang berantakan dengan bibir bengkak dan dua kancing atas kemejanya terbuka tapi matanya hanya memandang datar. Eita menggerakkan giginya.

"Udah?" manik abu-abu itu melotot terkejut, setelah ciuman kasar memaksa itu yang di bilang cuma udah? are you fucking kidding me. Kedua tangan eita yang mengukung suna mengepal.

Wajah datar itu hanya menatapnya dari bawah tidak berniat berbicara. "If we're done, get move eit—" di bungkamnya lagi bibir suna dengan ciuman.

"Hmmh— " tidak puas hanya dengan bibir, eita berpindah menciumi leher suna. Di jilatnya leher suna di hisapnya kulit leher itu membuat tanda. Kesal eita sangat kesal, suna benar-benar tidak ingin memberinya penjelasan.

"Let's end now, I've to go" dengan sengaja eita menggigit leher suna cukup dalam sehingga suna mendorong pundak eita dan berusaha bangun dari posisinya, tapi eita mendorong pundak suna lagi menjatuhkannya ke kasur.

DDRRTTT DDRRTTT Handphone suna bergetar menyala menampilkan layar panggilan masuk, manik abu itu mengalihkan atensinya ke hp suna yang berada tepat di samping suna. Alisa

"Move eit— "

"Let's fuck now" jari-jari lentik eita mulai membuka kancing kemeja suna sampai semuanya terbuka, mendudukan dirinya tepat berada di atas kejantanan suna yang masih menggunakan celana sekolah.

Di lumatnya lagi bibir suna dengan tergesa, memaksa suna membuka mulutnya. Mengajak lidah suna bergelut saliva berantakan di dagu suna jatuh ke leher. Tangan lentik eita bergerak pelan menyentuh leher dada sampai perut suna.

"Not now" suna menahan lengan eita, mengangkat tubuhnya menjadi posisi duduk dengan eita yang berada di pangkuannya.

Manik hijau suna menatap manik abu yang masih menunjukkan kemarahan, tatapan suna melembut tangannya menarik tengkuk semi.

"HMMPPHH— " tempo ciuman nya cepat melumat bibir semi yang basah tanpa susah menerobos masuk mulut semi mengabsen setiap rongga dan melilitkan lidahnya dengan lidah semi yang susah menyamakan temponya.

"Ahh— " semi mendesah seiring suna merapatkan tubuh semi dengan tubuhnya dan lidahnya turun menjilati leher semi yang terekspos.

"Hngh— ahh rinh" kacau, badannya dan pikirannya semua kacau. Suna menghisap leher semi kuat membuat tanda.

"Jilat" suna memasukkan dua jari panjangnya ke dalam mulut semi, semi lantas menjilat layaknya lolipop di hisapnya di keluar-masuknya jari panjang itu

DDRRTTTT DDRRTTTT suna lantas memberhentikan kegiatannya dan bergerak mengambil handphone nya, panggilan masuk dengan nama alisa. Suna mengangkatnya "Ya alisa?"

Tanpa aba-aba melumat kembali bibir semi yang terbuka, mendengar alisa sambil berciuman dengan semi. "I'll be there in 30 mins, see you".

Eita lemes, hanya berciuman dengan suna saja eita sudah lemes. Di taruhnya dagunya di pundak suna, menghirup aroma parfum yang masih menempel di kemeja suna sudah tidak peduli dengan alisa lagi. Terserah ia mengantuk sekarang.

"Ta"

"Eita" suna menepuk-nepuk pelan bahu eita, tapi tetap tidak ada jawaban . Ah tidur.

Add a comment

Related posts:

A course in Technology and Policy

The Takshashila Institution runs a 12 week course titled “Graduate Certificate in Technology and Policy” ( more detail). I had applied for and was part of the cohort which completed at the end of…