Perspectiva

Nada puede existir para siempre, dijo Stephen Hawkin.. “Perspectiva” is published by Miriam Ramírez.

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




memahami saja tidak cukup.

Kota Yogyakarta

Semakin bertambahnya pengalaman dalam kehidupan,
Semakin banyaknya pertemuan dengan orang baru,
Semakin banyaknya pengetahuan yang didapatkan,
Semakin kayanya makna yang diambil,
Semakin kenal pula aku dengan aku.

Aku merasa semakin dewasa usiaku, semakin kenal juga aku dengan diriku. Aku semakin paham tentang dinamika kepribadianku, bagaimana bisa terbentuk aku yang sekarang ini, mengapa aku X Y Z, ya karena A B C. Semakin pintar aku bisa menjawab berbagai pertanyaan tentang sebab. Semakin paham pula aku tentang akar permasalahan yang menyebabkan diri ini menjadi demikian-demikian.

Pemahamanku tentang berbagai sebab-akibat membuatku mudah untuk mencari-cari tentang yang seharusnya. Seharusnya itu seperti ini, agar aku tidak jadi yang sekarang ini. Begitu mudahnya aku mencari pembelaan atas apa yang aku alami. Ya, aku sedang mengenali luka yang kualami, sedang berusaha untuk membuka apa yang selama ini kutolak kehadirannya, apa yang selama ini kusimpan rapat-rapat agar aku tidak merasakan sakitnya.

Sampai suatu saat, aku sadar bahwa sekedar memahami apa yang terjadi itu tidak cukup. You have to take an action, ngerti doang mah ga cukup, ya kan. Tapi ya, di samping itu semua, proses untuk mau mengerti itu pun sudah luar biasa ketika dilakukan. Itu berarti ada keinginan dari dalam diri untuk memperbaiki sesuatu, niat kan tetep penting. Tahap awal perubahan kan memang dimulai dari mau memahami permasalalahan. Tanpa paham apa yang terjadi, kita tidak akan tau apa yang dilakukan.

Namun yang jadi permasalahan di sini adalah ketika tahu dan paham permasalahan namun terjebak dalam dinamika permasalahan itu sendiri. Terlalu menikmati keadaan yang dialami membuat kita stuck di kondisi itu. Rasanya mungkin tidak ingin bergerak, berubah dan lebih suka menyalahkan keadaan. Kata “mengapa” dan “seharusnya” menjadi dua kata yang seringkali berputar di kepalanya. Pada akhirnya tanpa sadar hal tersebut banyak menghabiskan waktu kita untuk mencari pembenaran atas masalah sendiri.

Intinya, setelah paham masalah kita harus punya kesadaran untuk move on, untuk berubah. Too many excuses cuman bikin kita stuck. Kalau emang kesulitan untuk bisa menerima dan memaafkan yang terjadi, mungkin perlu dengan kerendahan hati untuk meminta bantuan. Minta bantuan bukan tanda kelemahan kok, justru itu kekuatan yang sebenarnya karena menyadari kapasitas diri. Kalau emang tidak ingin mencari bantuan, kamu tetep bisa jalan kok meskipun perlahan tidak masalah. Pelan-pelan membangun kesadaran diri, berusaha untuk menerima apa yang telah terjadi, tidak memiliki keinginan berlebih untuk bisa mengubah keadaan yang telah terjadi, dan yakin bahwa apapun yang terjadi adalah yang terbaik. Dan yang terpenting, entah gimana caranya kamu ‘harus bertumbuh’ sebagai pribadi. Challenge yourself!

Terjebak dalam masa lalu kadang memang menyenangkan, namun tidak membuat kita bertumbuh.
Menerima dan memaafkan diri kita memang butuh proses, nikmatilah.
Yang namanya proses memang bukan sesuatu yang mudah, perlu latihan yang tidak sebentar.
Naik turun dalam prosesnya adalah hal yang biasa, yang penting tetaplah berjalan…

Add a comment

Related posts:

A Gift Overdue

I believe that a genuine compliment is the least expensive yet one of the most powerful gifts you can give someone. I believe that it is an act of leadership to put those good thoughts into words and…

2019 Race Calendar

This past year has been filled with a lot of fits and starts when it comes to running. There was exciting progress at the beginning of the year followed by some injury setbacks and a lack of leg…

Aging Has Caught Up with Me

As my birthdays ticked by, I decided my goal was to “age gracefully.” Little did I know how hard it would be to achieve that goal. Years ago, my best friend, Helen, was twenty years older than I, and…